Assalamu'alaikum wr. wb.
Tawakal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah
melakukan upaya-upaya secara maksimal. Kita hidup di dunia jika menginginkan
sesuatu maka ia harus berusaha untuk menggapainya. Meski demikian, usaha kita
tidak sepenuhnya menentukan, karena banyak faktor lain yang ikut
bermain, misalnya faktor kebetulan, faktor yang dipercaya sebagai
keberuntungan, faktor doa dan sebagainya. Orang yang menyombongkan
keberhasilannya sebagai usaha sendiri termasuk orang yang buruk akhlaknya
terhadap Allah, dan bahkan bisa terperangkap ke dalam syirk khofiy. Seorang
yang bertawakkal kepada Allah adalah orang yang bekerja keras untuk
menggapai apa yang diinginkannya dengan mengikuti prosedur yang wajar
(menggunakan management usaha), tetapi ia tetap meyakini bahwa
keberhasilan usahanya ditentukan oleh Allah Yang Maha Pengatur. Ia yakin betul
bahwa upaya dan kekuatan itu tidak efektif tanpa izin Allah, la hauls wala
quwwata ills billah al’Aliy al ‘Aziem.
Pengertian tawakkal difahami dari hadis yang berbunyi
I’qilha wa tawakkal. Dikisahkan bahwa ada seseorang baru datang dari luar kota
menemui Rasulullah. Beliau menanyakan apakah ontanya diikat (di parkir secara
benar dan dikunci). Orang itu menjawab: Tidak ya Rasulullah, saya tawakkal saja
kepada Allah. Rasul lalu menegurnya; (jangan begitu), ikat dulu untamu secara
benar, baru engkau bertawakkal kepada Allah. Dari hadis itu dapat difahami
bahwa kepercayaan kepada Allah sebagai Yang Maha Kuasa , Maha Pengatur dan Maha
Penentu tidak mengurangi professionalitas dan rasionalitas usaha.
Tingkat kemampuan seseorang untuk bertawakkal kepada Allah
berhubungan juga dengan tingkat ketauhidannya. Imam Gazali menggambarkan
tingkat-tingkat tawakkal dengan perumpamaan sebagai berikut:
Jika engkau mau pergi ke padang pasir gersang, maka engkau
harus mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan di sana, makanan,
minuman,Tenda, kendaraan dan sebagainya. Jika sudah lengkap berangkatlah anda
dengan bertawakkal kepada Allah. Jika tidak lengkap jangan berani nekat, karena
di sana alamnya sangat kejam. Ini adalah tawakkal tingkat terendah.
Jika engkau akan pergi ke hutan tetapi tidak ada bekal
makanan, yang ada hanya alat berburu (senapan, pisau,korek dan termos air),
berangkat sajalah dengan tawakkal kepada Allah, Insya Allah anda bisa menemukan
bahan makanan disana. Ini adalah bentuk tawakkal orang yang telah memiliki
ketrampilan tertentu.
Jika anda tidak memiliki bekal apapun, tetapi anda harus
pergi juga ke suatu tempat, maka pergilah dengan tawakkal kepada Allah,
asal tempat yang anda tuju itu masih ada atau banyak orang. Tawakkal
tingkat ini masih rasional karena sifat sosial masyarakat akan dapat menjadi
tumpuan hidupnya.
Meski anda tidak mempunyai bekal apapun, dan
di tempat yang anda tuju tidak juga ada persediaan bekal, sedang anda
tidak bisa menghindar dari keharusan untuk pergi ke tempat itu, maka
pergilah dengan bertawakkal kepada Allah. Insya Allah Dia akan memberi apa yang
anda butuhkan. Tawakkal tingkat ini adalah tawakkalnya kaum khowash, orang yang
sebenar-benarnya bertauhid, karena ia telah mencapai tingkat ketaqwaan yang
meyakini betul bahwa Allah Maha Kuasa mengadakan yang tiada, mengembalikan yang
hilang, memberi rizki kepada seluruh hamba Nya dimanapun ia hidup,
dan maka Pengasih lagi Penyayang kepada makhlukNya.
Tawakkal merupakan wujud akhlak kita kepada Allah, yang oleh
karena itu perbuatan itu bernilai ibadah. Secara psikologis, orang yang
bertawakkal dapat terhindar dari perasaan kecewa berkepanjangan jika menghadapi
kegagalan, dan terhindar dari rasa sombong jika memperoleh keberhasilan, karena
ia menempatkan diri sebagai hamba yang berprasangka baik terhadap kehendak Allah.
Orang yang sudah bisa bertawakkal, jika ia sukses dalam suatu hal, disamping ia
mengucapkan syukur kepada Allah, ia juga bertanya-tanya dalam hatinya,
jangan-jangan kesuksesan ini merupakan cobaan dari Allah.
Sebaliknya jika setelah bekerja keras secara benar
untuk menggapai apa yang diinginkan tetapi mengalami kegagalan, maka ia
menyalahkan diri sendiri dan mengembalikan persoalannya kepada Allah Yang Maha
Pengatur serasa berprasangka bahwa kegagalan itu merupakan rahmat Allah, karena
boleh jadi di mata Allah ia belum layak menerima apa yang diinginkannya. Di
satu sisi, tawakkal adalah juga merupakan bentuk tawaddu’ atau rendah hati
seorang hamba kepada Sang Khaliq. Orang yang bertawakkal pada umumnya juga
ridla (puas) atas apapun yang diterimanya dari Allah, baik yang bersifat
peningkatan maupun yang bersifat penurunan, karena ia memahami makna pemberian
Allah.
Orang
Wa'alaikumsalam wr. wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar